Cocos Nucifera L, adalah tanaman sejenis palem yang tersebar merata di daerah tropis, sudah mulai dimanfaatkan oleh manusia selama 4000 tahun. Pada akhir abad yang lalu, pohon kelapa mulai ditanam pada perkebunan yang luas untuk produksi kopra skala besar. Pada umur 50-60 tahun, pohon kelapa sudah tidak produktif lagi dan perlu penanaman ulang, tentu saja pohon kelapa yang sudah tua harus ditebang. Batang pohon yang telah ditebang harus disingkirkan hingga ke akar, karena bila dibiarkan di kebun serangga akan mulai berkembang biak dan akan menyerang bibit muda. Inilah potensi batang kelapa untuk diolah menjadi kayu.
Luas lahan di Indonesia yang ditanami kelapa mencapai 2,3 juta ha, dan 50 % telah berumur tua dan tidak produktif (berumur 50 tahun ke atas). Program peremajaan tanaman kelapa sekitar 65.000 ha/tahun. Bila target ini terlaksana, maka secara potensial tersedia sekitar 6,5 juta m3 kayu kelapa bentuk gelondongan. Bila rendemen 33 persen, secara potensial tersedia 2,2 juta m3 kayu kelapa per tahun yang berpotensi untuk bahan konstruksi.
Daerah sentra produksi kelapa di Indonesia adalah Propinsi Riau, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, dan Sulawesi Tengah. Beberapa wilayah yang bukan sentra produksi tetapi
memiliki potensi bahan baku tertentu yang berkualitas Untuk industri kayu, adalah NTB dan NTT.
Tidak seperti pohon lainnya, batang pohon kelapa karena berjenis palem memiliki serat. Akan kelihatan bila dipotong secara melintang. Seratnya terlihat sepert bintik berwarna merah dan semakin luar semakin padat. Kepadatan serat ini menentukan kekuatan batang kelapa. Semakin padat semakin kuat batang kayunya.
Berdasarkan kepadatan seratnya, kayu kelapa dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:
High density timber (HD)
(>0,6g/cm3)
Kayu dari bagian terbawah batang, dapat digunakan sebagai pemikul beban pada elemen struktur, rangka atap, lantai dan dinding.
Medium density timber (MD)
(0,4-0,59 g/cm3)
Kayu dari bagian atas batang dan bagian tengah batang bawah. Dapat digunakan sebagai pemikul beban yang terbatas pada elemen struktur, panel dinding dan furniture.
Low density timber (LD)
(<0,4g/cm3)
Kayu dari bagian inti batang, hanya digunakan untuk ruang dalam yang tidak memikul beban, contohnya panel dinding.
Kekuatannya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan kayu hutan yang kepadatannya sekelas, harus menjadi perhitungan dalam menentukan desain dan teknik joint. Inilah yang menjadi perhatian serius kami dalam merancang dan membangun rumah kayu kelapa.